Karena kita butuh bercerita

Minggu lalu, saya staycation bersama salah satu sahabat saya di Tjokro Hotel. Staycation semalam saja, tapi menjadi salah satu staycation yang cukup berarti bagi saya dan sahabat. Karena ada beberapa kegiatan, kami baru bisa check-in pada sore harinya. Setelah check-in, makan serta ya biasalah saya harus sambil membuat konten untuk blog dan youtube, Riezka membuka percakapan. 

Bukan percakapan biasa, akan tetapi bertanya bagaimana keadaan saya hari ini, bertanya apa yang sedang saya fikirkan. Kali ini percakapannya lebih fokus dan memaksa saya untuk berfikir serta menjawab berbagai pertanyaan, bukan sekedar bercanda-canda. Saya juga maklum kalau dia seperti ini, karena dia sungguh penasaran dengan apa yang terjadi pada saya belakangan ini. 

Sebagai teman yang baru-baru ini kembali hadir dalam keseharian saya, tentu saya kembali bercerita kemana saya selama ini. Sebenarnya saya ga kemana-mana, ada menjalani keseharian. Hanya saja saya merasa hilang arah.Selama ini saya banyak memendam perasaan, perasaan saya terluka, sedih, penuh amarah pada diri sendiri. 
Apakah saya punya teman cerita? Selama sahabat saya yang beberapa ini sedang jauh merantau, saya masih punya sebutlah beberapa teman di salah satu circle pertemanan yang paling dekat, Paud Seroja aka Club Hedon Ekonomis (sungguh nama grup yang aneh, hahaha). Orang tua? Adik? Ya cukup banyak juga saya ngobrol dan bercerita, apalagi akhir-akhir ini saya juga lebih sering pulang dibanding awal-awal merantau. 

Sampai larut malam,saya akhirnya melepaskan semua apa yang saya rasakan, sampai ke perasaan saya yang “Mempertanyakan kenapa bisa begini- begitu?”. Ternyata memang tak semua langsung terjawab sekarang, bahkan bisa jadi saya tak perlu jawaban dari segala pertanyaan yang menggelayuti fikiran saya. 

Beban di hati saya perlahan mulai berkurang, kemarin-kemarin kadang saya ga bisa mengontrol perasaan. Bisa saja tiba-tiba saat menghadapi sesuatu (terlebih kalau sendiri) saya menangis, bahkan saat mengendarai motor pun kadang jadi blank (yang tetiba ngerem mendadaklah, nyaris jatuhlah).. 

Ya, yang bisa saya lakukan sekarang paling lebih konsentrasi, ikhlas, banyak beribadah dan jangan ragu meminta bantuan bila diperlukan. Jangan sok tegar-tegar sendiri, padahal rapuh. Pernah kefikiran juga buat konsul ke psikolog atau ruqyah, tapi nampaknya belum begitu penting. 

Terimakasih buat teman-teman yang bersedia mengajak cerita, menemani bahkan mendukung tanpa menghakimi. 

Karena sebenarnya kita butuh teman bercerita, baik mendengarkan atau yang bercerita. 





Tidak ada komentar