Halo teman-teman, Assalamualaikum!
Semoga teman-teman sehat selalu
ya. Btw disini siapa yang belum punya asuransi kesehatan? Saya harap,
teman-teman dapat memiliki asuransi kesehatan untuk proteksi kesehatan keluarga
ya. Minimal punya BPJS Kesehatan. Itu seminimal-minimalnya ya, kalau ada budget
berlebih, teman-teman bisa alokasikan dana tambahan untuk asuransi swasta yang
teman-teman percayai.
Kenapa nih, tiba-tiba ngomongin BPJS mut? Jadi gini. Kemarin-kemarin itu kan lagi
pada rame pembahasan mengenai dan bantuan BPJS ketenagakerjaan. Saya mana paham
bentuk perlindungan serta bantuannya seperti apa. Maklum, status saya masih
pekerja lepas. Jadi ya masih menanggung diri sendiri saja hehehe. Jadi saya
hanya menyimak saja pembicaraan kawan-kawan yang bantuan dana BPJS
Ketenagakerjaannya cair. Alhamdulillah kalau begitu kan, selamat ya.
Pengalaman Menggunakan BPJS
Kesehatan
Karena saya tak punya pengalaman
mengenai BPJS Kesehatan, maka kali ini saya mau cerita saja mengenai pengalaman
serta manfaat yang saya rasakan selama menjad peserta BPJS Kesehatan selama 3
tahun terakhir. Setelah papa saya pensiun dari perusahaan, maka jaminan
kesehatan keluarga kami tentu saja tidak ditanggung lagi oleh perusahaan. Pasca
pensiun, kami mulai mencari dan memilih beberapa asuransi yang cocok untuk kami
berlima. Bagaimanapun, kesehatan keluarga adalah yang terpenting.
Setelah lama berfikir panjang,
akhirnya karena ada himbauan untuk mendaftarkan anggota keluarga ke BPJS
Kesehatan, maka kami pun segera mengurus berkas pendaftarannya. Tak butuh waktu
lama, akhirnya kami pun memiliki akun BPJS Kesehatan. Untuk pilihan asuransi
swasta sendiri, mungkin akan kami fikirkan kembali untuk mendaftar di tahun
depan. Pokoknya kami ada jaminan kesehatan dulu.
Jadi gimana rasanya menjadi
peserta BPJS?
Alhamdulillah ya, sejauh ini saya
rasa cukup membantu dalam proses pengobatan bila sakit. Untuk saya sendiri,
saya menggunakan BPJS untuk berobat demam, pilek, alergi kulit hingga ganti
kacamata. Sedangkan Pidaw selain pengobatan yang sama dengan saya, dia juga
menjalani fisioterapi karena ada cedera di salah satu bagian badannya. Fisoterapinya
juga ditanggung! Luar biasa, itu udah berapa sesi ya dia terapi, sayapun tak
ingat saking seringnya.
Dan ada satu momen dimana
sebenarnya ini cerita sedih. September 2019, Qadarallah papa terserang stroke
ringan. Ya Allah itu sedih banget rasanya, perjalanan saya ke Malaysia terpaksa
dibatalkan. Demi merawat papa. Hampir 20 hari rasanya papa dirawat di RS dan
biaya ditanggung semua. 20 hari yang terasa berat, sulit akhirnya terlewati.
Bisa teman-teman bayangkanlah ya, untuk penanganan stroke tidak semudah
penanganan batuk pilek. Ada obat yang harus dimasukkan lewat infus, ada proses
scan yang tidak sebentar hingga setiap hari harus mengontrol tekanan darah
supaya selalu normal.
Punya BPJS Tidak Rugi
Jelas, jelas tak rugi. Untuk
iurannya pun ringan kok, kisaran tarif bpjs kesehatan untuk keluarga kami selama sebulan adalah Rp130.000 saja. Seharga
makan AYCE 1 porsi ya? Saya pun ga nyangka kalau iurannya segitu. Itu dikelas
tiga ya, kalau untuk kelas 2 atau 3 tentu lebih besar. Tapi tetap rasanya ga
ada salahnya mendaftar menjadi peserta BPJS. Walaupun memang kalau untuk
melakukan proses pengobatan teman-teman kudu sabar. Tidak secepat pasien umum,
karena harus menyisihkan waktu sedemikian rupa agar bisa mendapatkan perawatan.
Seperti misalnya, ketika saya mau buat kacamata itu butuh waktu 3 hari saya
mengurusnya. Mulai dari meminta surat rujukan, daftar poli mata hingga ke optic
pilihan yang ditunjuk sebagai pembuat kacamata melalui BPJS.
So, yuk minimal miliki satu akun
asuransi untukmu dan keluargamu.
Tidak ada komentar